Hakikat Tujuan Hidup Manusia
Pada hakikatnya, anugerah dan kesempatan hidup yang diberikan Allah SWT kepada manusia adalah suatu hal yang harus senantiasa disyukuri. Rasa syukur tersebut kemudian akan diwujudkan dalam bentuk ibadah-ibadah atau amalan-amalan baik yang telah diajarkan oleh Islam. Berikut ini adalah teks kultum singkat yang menginspirasi bertajuk tujuan hidup manusia.
Hakikat Tujuan Hidup Manusia
Sebagai hamba Allah SWT yang beriman, tentunya kita pernah dan perlu berpikir mengenai untuk apa kita dilahirkan ke dunia.
Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan dunia dengan isinya, tentu bukan tanpa tujuan. Segala dunia dan isinya tak lain semata-mata salah satunya untuk kemaslahatan makhluk-Nya. Adapun tujuan hidup manusia yang paling utama adalah untuk menyembah kepada Allah SWT.
Sebagai hamba Allah, manusia wajib menjalankan segala perintah dan menjauhi segala laranganNya. Hal itu sebagaimana yang disampaikan firman Allah.
Di sisi lain, Allah juga mengingatkan dalam Al-Qur’an tentang hakikat dunia. Allah berfirman:
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا مَتَاعُ الْغُرُورِوَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku” (Qs Adz dzariyat : 56).Tidaklah kehidupan dunia, kecuali kesenangan yang menipu” (QS. Al-Hadid: 20).
Bagi seorang mukmin, pasti melihat gemerlap dunia sebagai kesenangan menipu dan fana. Bahkan Al-Qur’an dan Hadits tidak pernah memuji dunia dan tak pernah sekalipun dalam Al-Qur’an Allah SWT memuji dunia. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam juga tak pernah memuji dunia. Di dalam Al-Qur’an, Allah memberikan permisalan tentang kehidupan dunia demikian. Allah berfirman:اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الأمْوَالِ وَالأوْلادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا
“Ketahuilah, kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurau, demikian pula perhiasan, berbangga-bangga dengan banyaknya harta, berlomba-lomba memperbanyak anak dan keturunan, perumpamaannya seperti air hujan yang turun lalu kemudian tanaman-tanaman itu membuat kagum para petani, tapi kemudian tak lama tanaman itu menjadi kuning,lalu kemudian tanaman itu menjadi hancur“. (QS. Al-Hadid: 20).
Kesenangan dalam kehidupan dunia tak lepas dari keletihan dan kelelahan belaka. Untuk memperoleh kesenangan duniawi, manusia dituntut harus letih, banting tulang, dan mengalami berbagai macam kesedihan, Ketika seseorang telah mendapatkan apa yang ia inginkan, meraih dunia dan kesenangan, ternyata juga kembali menimbulkan kegelisahan dan ketakutan. Ketakutan yang umum terjadi adalah takut akan kehilangan apa yang ia dapatkanMaka dari itu, seorang mukmin harus sadar bahwa dunia memang bukan tempatnya dia beristirahat. Tapi tempat ia bercocok tanam. Karena ia tahu bahwa setelah hidup di dunia , semua akan menuju sebuah kehidupan yang lebih panjang.
Maka dari itu, seorang mukmin umumnya memandang dunia sebagai tempat yang penuh tipu daya. Maka seorang mukmin kemudian segera menginginkan yang lebih baik daripada dunia. Dipandang kehidupan akhirat, ternyata ia lihat kehidupan akhirat panjang sekali tak pernah ada henti-hentinya. Kesenangan abadi di surga sangat luar biasa. Kenikmatan yang diberikan oleh Allah tak terbatas. Penduduk surga tak pernah sakit, penduduk surga senantiasa nikmat dalam kesenangan, penduduk surga tak pernah ada henti-hentinya diberikan kenikmatan. Mereka selalu muda dan tak pernah tua, mereka selalu cantik dan tampan, dan bahkan selalu bertambah ketampanan dan kecantikannya. Apa yang mereka inginkan selalu diberikan, ia kekal selama-lamanya.
Seorang mukmin kemudian berpikir, untuk apa ia mengejar dunia kemudian ia menggadaikan akhirat? Buat apa ia mengejar sesuatu yang fana kemudian ia merusak akhiratnya yang akan terus-menerus? Sangat aneh jika ada orang yang begitu mengejar dunia demi untuk mendapatkan sedikit daripada kehidupan dunia lalu akhirnya merusak kehidupan akhiratnya. Allah berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ لَا يَرْجُونَ لِقَاءَنَا وَرَضُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاطْمَأَنُّوا بِهَا
“Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan kami, dan ridho dengan dunia, dan merasa tentram dengan dunia“. (QS. Yunus: 7).
Komentar
Posting Komentar